Beranda | Artikel
Sepotong Cerita Tentang Kiswah Kabah
Rabu, 26 Mei 2021

Sepotong Cerita Tentang Kiswah Ka’bah

Sedari pertama kali memandang, aura kesucian dan keindahan telah nampak, menarik hati untuk melihatnya di rumah Allah yang Maha Tahu segala yang gaib.

Tiga ratus enam puluh lima hari dihabiskan untuk membuat maha karya yang indah nan suci ini.

Di kompleks produksi Raja Abdul Aziz untuk Kiswah Ka’bah yang Mulia di Makkah Mukarramah, di sanalah terkumpul berbagai jenis sutra terbaik dari penjuru dunia.

Melalui pengujian standar kualitas yang dilaksanakan tersentral dan detail untuk menjaga dari pengaruh gesekan dan perbedaan iklim yang ekstrim sekalipun demi menghasilkan kualitas terbaik serta mengkombinasikan kelembutan dan ketahanan secara berimbang yang layak untuk Kiswah Ka’bah yang mulia yang selanjutnya disiapkan untuk tahap pencelupan warna.

Sutra mentah ditempatkan pada tempat khusus untuk persiapan pencucian, kemudian air mengalir ke sela-sela benang-benang sutra dan dengan pengaturan derajat panas yang detail dan waktu tertentu menjadikan sutra tersebut benang-benang putih yang lembut dan berkilau.

Kemudian zat warna hitam dimasukkan ke dalam tangki pencelupan dan didiamkan di sana sembari menyelesaikan uji teknis agar warna meresap ke dalam benang-benang sutra mewah ini.

Dan setelah beberapa saat, warna hitam telah mendapatkan tempat barunya pada sutra dan beberapa jam kemudian udara dihembuskan dengan perlahan untuk menggerakkan benang-benang tersebut setelah kering.

Roda pekerjaan berputar mengubah benang-benang sutra menjadi gulungan-gulungan di Departemen Penenunan Otomatis yang merupakan tahap ketiga di mana benang-benang sutra akan diubah menjadi benang yang besar yang terdiri dari sembilan benang yang kemudian disatukan menjadi gulungan-gulungan yang besar dan rapi. Dan dari gulungan-gulungan yang terdiri dari benang-benang yang besar tersebut kemudian dirajut menjadi dua jenis kain berbeda.

Kain pertama yang akan dihiasi dengan tulisan ayat-ayat al-Qur’an berlapis emas yang tersusun atas sepuluh ribu benang dan kain kedua yang akan menjadi latar belakang kalimat tauhid dalam bentuk ornamen-ornamen yang indah sepanjang satu meter yang disatukan menjadi sehelai kain saja.

Ayat-ayat al-Qur’an emas secara indrawi dan maknawi ini ditulis dengan khat Ats-Tsuluts Al-Ashiil dan tidaklah siapapun mendekati keindahannya kecuali akan menemukan bahwa pada setiap garis dan titik terdapat kisah yang ditulis dengan tinta dan kerajinan tangan. Di mana ayat-ayat tersebut ditulis dengan ukuran-ukuran tertentu sebagai persiapan untuk diproses dalam tahap penyablonan dan pembordiran.

Warna merah di sini menunjukkan terbatasnya akses ke dalam laboratorium yang membuat papan-papan sablon untuk semua tulisan-tulisan al-Qur’an dan ornamen-ornamennya.

Dan ini adalah dasar latar belakang awal dari tulisan-tulisan dan ornamen-ornamen tersebut. Kain hitam yang kuat tersebut diletakkan di atas meja sablon dari kayu.

Dan dengan pengukuran tertentu, warna perlahan menyatu pada kain sehingga membentuk garis-garis yang jelas yang akan menjadi pedoman bagi para ahli kaligrafi profesional.

Benang-benang kawat perak yang dilapisi emas menyulam benang-benang katun berwarna kuning dan benang-benang kawat perak murni menyulam benang-benang katun berwarna putih

untuk membentuk lembaran permadani yang sangat indah dengan tulisan timbul bersulam emas dan perak, sangat detail pada tiap ujung jarumnya, menggambarkan keselarasan ketrampilan tangan dan seni kerajinan, untuk menguatkan wujud keimanan Kerajaan Arab Saudi bahwa Allah Maha Indah dan Dia mencintai keindahan.

Hasil akhir dari proses tenun ini adalah berupa potongan-potongan terpisah yang akan menutup setiap sisi Ka’bah sehingga menjadi empat potongan dan potongan kelima adalah penutup pintu Ka’bah yang kemudian disambungkan satu dengan yang lainnya untuk membentuk keindahan yang agung bagi Ka’bah.

Dengan alat khusus, proses penggabungan setiap sisi Kiswah dilakukan dengan jahitan dalam berwarna putih dengan alur yang lurus dan kokoh. Dan ayat-ayat berlapis emas memberikan sentuhan-sentuhan akhir di atas kain penuh keindahan dan kesucian ini.

Kemudian Kiswah ini diperiksa untuk dievaluasi secara mendetail untuk menjamin kebagusan dan ketinggian kualitasnya.

Dan pada pertangahan bulan Zul Qa’dah, regu khusus pembawa Kiswah membawa kain hitam dengan tangan mereka untuk dipasang pada Ka’bah yang mulia. Penutup pada Ka’bah diangkat tiga meter sebagai bentuk persiapan musim haji.

Dan pada tanggal delapan Zul Hijjah paku-paku emas pada Kiswah dicopot dan penutup pintu Ka’bah dilepas.

Kiswah yang baru dibawa ke Ka’bah pada fajar tanggal sembilan Zul Hijjah, mereka membawanya dengan kerinduan seolah Kiswah ini rindu segera menempati tempatnya, menempati tempatnya yang tinggi di atas Ka’bah dan menduduki kedudukan layak sesuai dengan keagungannya.

Perlahan, Kiswah lama di lepas di hadapan orang-orang yang sedang melaksanakan tawaf dan salat.

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
(QS. Al-Baqarah: 144)

Setiap tahun Ka’bah yang mulia diberi penutup yang baru untuk mempertegas perhatian yang diberikan oleh kerajaan terhadap Dua Tanah Suci. Dan sebagai bentuk menunaikan amanah kepada yang berhak, Kiswah Ka’bah yang baru diserahkan kepada sesepuh dari para pembesar Baitullah yang suci.

Batu pertama yang diletakkan oleh raja yang mulia Abdul Aziz -Semoga Allah merahmati beliau- dalam pembuatan Kiswah Ka’bah pada tahun 1347 Hijriah dan kemudian dilanjutkan oleh putra-putra beliau telah membuat pembeda dalam sejarah perjalanan pengabdian kepada Dua Tanah Suci yang mulia dan menjadi seperti bangunan yang kokoh yang setiap bagiannya saling menguatkan.


Artikel asli: https://nasehat.net/sepotong-cerita-tentang-kiswah-kabah/